DASAR REKAYASA BIOPROSES
Welcome friends Mohammad Nizam Mustaqim’s Blog. In this blog you will get some informations about :
my favorite writing for DASAR REKAYASA BIOPROSES | DASAR REKAYASA BIOPROSES I believe | DASAR REKAYASA BIOPROSES can give you inspiration and more others benefit
We have been providing the best information about DASAR REKAYASA BIOPROSES For you. If you liked this information, please tell your friends on Facebook, Twitter, Pinterest, Google plus or Email using social buttons below. Happy Reading ^_^. Mohammad Nizam Mustaqim
my favorite writing for DASAR REKAYASA BIOPROSES | DASAR REKAYASA BIOPROSES I believe | DASAR REKAYASA BIOPROSES can give you inspiration and more others benefit
TUGAS
UTS
MATA
KULIAH DASAR REKAYASA BIOPROSES
Disusun
Oleh :
Mohammad Nizam Mustaqim F34110043
Jesa Frada Bresman F34110044
Iis Solihat F34110045
Hendra Saputra Darman F34110047
Bella Illona Siregar F34110048
DEPARTEMEN
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroba
adalah suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan
mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti
mikroskop, lup, dan lain-lain.
Kemampuan mikroba terutama
bakteri
dalam mendegradasi senyawa
hidrokarbon berbeda-beda sesuai dengan aktifitas enzim yang dihasilkan dan
kondisi lingkungan yang mendukung
seperti temperatur, pH, nutrisi dan oksigen.
Beberapa
penelitian menunjukkan
kemampuan spesies bakteri dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon. Mikroba juga dimanfaatkan sebagai biosintesis asam
lemak. Proses sintesis ini merupakan pengubahan karbohidrat dan asam amino yang
dikonsumsi berlebihan menjadi asam lemak dan disimpan sebagai triasilgliserol.
Asam lemak adalah rantai
hidrokarbon alifatik panjang yang memiliki gugus asam karboksilat. Panjang rantai hidrokarbon asam lemak bervariasi dari
10 sampai 30 karbon. Rantai hidrokarbon ini bersifat nonpolar yang berfungsi
untuk menyeimbangkan gugus asam karboksilat yang bersifat polar.Rantai
hidrokarbon asam lemak biasanya berjumlah genap karena berkaitan dengan
tambahan dua karbon dari aseteil-CoA saat biosintesis asam lemak.
Sintesis asam lemak bukan
beararti kebalikan dari jalur penguraian asam lemak artinya pembentukan asam
lemak sebagian besar berlangsung melalui lintas yang berbeda, dikatalisis oleh
rangkaian enzim yang berbeda dan terjadi didalam bagian sel yang tidak sama,
walaupun ada sebagian kecil asam lemak yang dihasilkan melalui kebalikan dari
reaksi penguraian asam lemak dalam mitokondria.
Ciri kedua yang menonjol
dari mekanisme biosintesis asam lemak adalah bahwa senyawa antara asil didalm
proses ini adalah senyawa tioester, bukan KoA seperti yang terjadi didalam
oksidasi lemak, tetapi merupakan protein dengan berat molekul rendah yang
disebut protein pembawa asil atau ACP yang mempunyai gugus SH-esensial.
Ciri ketiga adalah bahwa
sintesis asam lemak terjadi didalam sitosol sel eukariotik sedangkan oksidasi
asam lemak terjadi terutama didalam mitokondria.Asam lemak yang dibuat didalam
sitosol kemudian digunakan sebagai unit pembangun untuk membuat triasilgliserol
atau fosfolipid.
Selain
itu, mikroba juga dimanfaatkan sebagai
imobilisasi enzim untuk meningkatkan konformasi enzim terhadap lingkungan.
Imobilisasi enzim adalah Enzim yang secara fisik ditempatkan di dalam suatu
daerah/ruang tertentu, sehingga kestabilannya meningkat dan dapat
mempertahankan aktivitas katalitiknya serta dapat digunakan secara
berulang-ulang dan kontinyu. Ada berbagai macam teknik imobilisasi enzim yang
memiliki keunggulan dan aplikasi masing-masing.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Penguraian Senyawa Hidrokarbon Petrolium oleh Mikroba
Makhluk
hidup perlu mendapatkan energi alam mempertahankan kehidupannya agar dapat melakukan berbagai macam
aktivitas. Hal ini terjadi bukan hanya pada makhluk makroskopik, melainkan juga
makhluk mikroskopik seperti bakteri, virus dan lain sebagainya. Dalam memperoleh
energi, mikroba dapat memperolehnya dari bahan makan baik berupa bahan kimia
organic maupun anorganik. Semua bahan makanan tersebut dikenal sebagai
nutrient, sedangkan proses penyerapan atau usaha untuk memperoleh nutrient
tersebut disebut nutrisi. Menurut Widayati (2009) dalam mendapatkan makanannya,
mikroba yang dalam hal ini bakteri dibagi menjadi empat kelompok. Keempat
kelompok tersebut adalah Bakteri fotoautotrof, Bakteri fotoheterotrof, Bakteri
kemoautotrof, dan Bakteri kemoheterotrof.
Bakteri jenis pertama yang akan
dijelaskan adalah bakteri fotoautotrof. Bakteri ini mendapatkan makanannya
melalui fotosintesis dan mendapatkan sumber karbon dari CO2.
Cyanobacteria (alga hijau-biru) merupakan bakteri fotoautotrof yang paling
umum. Cyanobacteria ada yang berupa uniselular dan ada pula yang berupa
multiselular. Cyanobacteria multiselular biasanya berbentuk benang atau
filamen. Cyanobacteria memiliki klorofil yang tersebar di dalam plasma sel dan
juga memiliki karotenoid yang mengandung pigmen fikobilin. Pigmen ini merupakan
gabungan antara pigmen fikoeritrin (warna merah) dan fikosianin (warna biru).
Fikosianin pada umumnya dominan sehingga alga ini berwarna biru laut. Walaupun
demikian, Cyanobacteria dapat pula berwarna merah, kuning, cokelat, ataupun
hitam. Cyanobacteria terdapat di mana-mana, di tempat yang sangat dingin
(kutub) sampai di tempat yang sangat panas seperti di perairan panas yang
bersuhu kurang lebih 85°C, serta di kolam-kolam yang terpolusi. Cyanobacteria
sangat mudah ditemukan di perairan air tawar, di tanah, dan di permukaan yang
lembap. Cyanobacteria ada yang hidup bersimbiosis dan ada pula yang hidup
sendiri (soliter). Cyanobacteria dapat bersimbiosis dengan lumut hati, paku,
bahkan dengan invertebrata, seperti Amoeba, Protozoa, Diatom, dan Mollusca.
Simbiosis yang spesifik antara Cyanobacteria dan jamur membentuk formasi yang
disebut Lichenes (lumut kerak) yang dapat hidup di bebatuan. Lichenes berperan
dalam pembentukan tanah atau sebagai organisme perintis.
Gambar 1. Contoh Bakteri
fotoautotrof adalah (a) Nostoc dan (b) Rivularia.
Perkembangbiakan Cyanobacteria dapat terjadi melalui
proses membelah diri, fragmentasi, dan heterokista. Pembelahan heterokista
mirip dengan fragmentasi. Akan tetapi, terdapat sel yang bagian dindingnya
menebal sehingga tampak lebih besar yang disebut heterokista. Bagian inilah
yang nantinya melepaskan diri untuk menjadi individu baru. Contoh Cyanobacteria
adalah Anabaena, Nostoc, Gleocapsa, Oscilatoria, dan Rivularia.
Bakteri selanjutnya yaitu bakteri
fotoheterotrof. Bakteri ini dapat menggunakan cahaya untuk menghasilkan ATP,
namun harus mendapatkan sumber karbon dalam bentuk senyawa organik. Cara
mendapatkan makanan seperti ini sangat jarang dan terbatas pada beberapa
bakteri. Contohnya pada bakteri ungu nonsulfur (Rhodospirillum rubrum).
Bakteri jenis ketiga yaitu bakteri
kemoautotrof. Bakteri ini mendapatkan karbon dari karbon dioksida (CO2).
Sumber energi diperoleh dari hasil oksidasi senyawa anorganik. Banyak bakteri
kelompok ini memengaruhi siklus nitrogen. Bakteri ini membantu pembentukan asam
amino dan protein. Bakteri nitrifikasi membantu tanaman mengikat nitrat sebagai
sumber nitrogen. Contoh bakteri ini adalah Nitrobacter dan Thiobacillus.
Perhatikan Gambar
Gambar 2. Contoh
Bakteri kemoautotrof, adalah (a) Nitrobacter dan (b) Thiobacillus.
dan yang bakteri jenis terakhir yaitu bakteri
kemoheterotrof. Pada umumnya, bakteri bersifat kemoheterotrof dan banyak
yang berguna bagi kehidupan. Untuk memperoleh energi dan karbon, bakteri ini
harus mengonsumsi molekul organik. Sebagian besar spesies dari bakteri ini
merupakan dekomposer (pengurai). Enzim yang dikeluarkan akan memecah komponen
organik, bahkan dapat menghasilkan sejenis pestisida di tanah, seperti yang
dihasilkan oleh Pseudomonas. Manusia juga menggunakan Lactobacillus untuk
membuat acar mentimun, keju, dan yoghurt. Eschericia coli merupakan bakteri
dalam usus, yang memproduksi vitamin K dan zat yang berguna dalam mencerna
lemak. Aktivitasnya mencegah bakteri patogen untuk membentuk koloni dalam usus.
Cara bakteri dalam mengolah karbon telah dimanafaatkan oleh sebagian orang
untuk menangani masalah-masalah lingkungan yang tercemar. Proses penanganan
lingkungan yang ditangani oleh mikroba biasa juga disebut bioremediasi. Bioremediasi
merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut,
sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun. Salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi
adalah pencemaran oleh minyak. Cara alternatif penanggulangan
lingkungan tercemar minyak adalah dengan teknik bioremediasi, yaitu suatu
teknologi yang ramah lingkungan, efektif dan ekonomis dengan memanfaatkan
aktivitas mikroba seperti bakteri. Melalui teknologi ini diharapkan dapat
mereduksi minyak buangan yang ada dan mendapatkan produk samping yang tidak
bersifat toksik lagi (Udiharto et al.,1995). Metode dan prinsip
bioremediasi adalah biodegradasi yang dilakukan secara aerob (Eweis, et al.,1998).
Selain itu bakteri Pseudomonas sp.
juga dapat dimanfaatkan dalam penanganan pencemaran masalah lingkungan akibat
pencemaran dari hidrokarbon.
Proses
pengolahan dan transportasi minyak mentah maupun minyak olahan sering
menghasilkan kebocoran atau tumpahan minyak ke lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para
peneliti dari Laboratorium
Biologi Kelompok Lingkungan Bidang Kebumian dan Lingkungan PATIR- BATAN yang mengamati 5 bakteri isolat, dapat diambil kesimpulan
bahwa seluruh isolat bakteri memiliki kemampuan dalam mendegradasi cemaran
minyak mentah. Potensi penurunan cemaran minyak mentah terbesar didapat dari
isolat 5 dengan persen degradasi 41,53%, diikuti isolat 1 dengan 41,15%,
kemudian isolat 2 dan 3 dengan 32,42% dan 29,77%, dan isolat 4 dengan penurunan
22,51%. Isolat terbaik dari kelima isolat adalah isolat 5, karena memiliki
penurunan TPH terbesar dan pertumbuhan tertinggi disbanding isolat lainnya.
Bakteri Pseudomonas sp. merupakan
bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi
lingkungan akibat pencemaran minyak bumi. Bahan utama minyak bumi adalah
hidrokarbon alifatik dan aromatik. Selain itu, minyak bumi juga mengandung
senyawa nitrogen antara 0-0,5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-3,5%. Kemampuan
bakteri Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam
menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D
berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat
pencemaran hidrokarbon (Anonim1 2010). Biosurfaktan merupakan komponen
mikroorganisme yang terdiri atas molekul hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu
mengikat molekul hidrokarbon tidak larut air dan mampu menurunkan
tegangan permukaan. Selain itu biosurfaktan secara ekstraseluler menyebabkan emulsifikasi
hidrokarbon sehingga mudah untuk didegradasi oleh bakteri. Biosurfaktan
meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak larut melalui
beberapa mekanisme. Dengan adanya biosurfaktan, substrat yang berupa
cairan akan teremulsi dibentuk menjadi misel-misel, dan menyebarkannya ke
permukaan sel bakteri. Substrat yang padat dipecah oleh biosurfaktan, sehingga
lebih mudah masuk ke dalam sel.
Pelepasan
biosurfaktan ini tergantung dari substrat hidrokarbon yang ada. Ada substrat
(misal seperti pada pelumas) yang menyebabkan biosurfaktan hanya melekat pada
permukaan membran sel, namun tidak diekskresikan ke dalam medium. Namun, ada
beberapa substrat hidrokarbon (misal heksadekan) yang menyebabkan biosurfaktan
juga dilepaskan ke dalam medium. Hal ini terjadi karena heksadekan menyebabkan
sel bakteri lebih bersifat hidrofobik. Oleh karena itu,
senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan sel yang hidrofobik itu
dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas struktural selnya sehingga
melepaskan biosurfaktan untuk membran sel itu sendiri dan juga melepaskannya ke
dalam medium (Anonim2
2010). Beberapa kecenderungan
yang terjadi pada degradasi hidrokarbon, yaitu hidrokarbon alifatik pada
umumnya mudah didegradasi dibandingkan dengan senyawa aromatik, hidrokarbon
alifatik rantai lurus pada umumnya lebih mudah terdegradasi daripada
hidrokarbon rantai bercabang, hidrokarbon jenuh lebih mudah terdegradasi
daripada hidrokarbon tak jenuh dan hidrokarbon rantai panjang lebih mudah
terdegradasi daripada rantai pendek. Hidrokarbon dengan panjang rantai kurang
dari sembilan karbon sukar didegradasi karena senyawa ini bersifat toksik bagi
mikroba.
2.2.
Biosintesis Asam Lemak Laurat (C12)
Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak
jenuh berantai sedang (Ing. middle-chained fatty acid, MCFA) yang tersusun dari
12 atom C. Sumber utama dari asam lemak ini adalah minyak kelapa, sebab minyak
kelapa dapat mengandung 50% asam laurat, serta minyak biji sawit (palm kernel
oil). Sumber lain dari asam lemak laurat adalah susu sapi. titik lebur asam
laurat sebesar 44 °C sedangkan titik didihnya sebesar 225 °C, sehingga pada
suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika dipanaskan.
Rumus kimia: CH3(CH2)10COOH, berat molekul 200,3 g.mol-1. Asam ini larut dalam
pelarut polar, misalnya air, juga larut dalam lemak karena gugus hidrokarbon
(metil) di satu ujung dan gugus karboksil di ujung lain. Perilaku ini
dimanfaatkan oleh industri pencuci, misalnya pada sampo. Natrium laurilsulfat
adalah turunan yang paling sering dipakai dalam industri sabun dan sampo. Pada
Industri Kosmetik, Asam Laurat ini berfungsi sebagai Pengental, pelembab dan
pelembut (Lide 2005).
Pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan produksi asam lemak dan
gliserol sebagai rangka sehingga asam teresterifikasi. Asam lemak dibentuk oleh
kondensasi berganda unit asetat dari asetil CoA. Sebagian besar reaksi sintetis
asam lemak terjadi hanya di kloroplas daun serta di proplastid biji dan
akar. Asam lemak yang disintesis di kedua organel ini terutama adalah asam
palmitat dan asam oleat. Asetil CoA yang digunakan untuk membentuk lemak di
kloroplas sering dihasilkan oleh piruvat dehidrogenase dengan menggunakan
piruvat yang dibentuk pada glikolisis di sitosol. Sumber lain asetil CoA pada
kloroplas beberapa tumbuhan adalah asetat bebas dari mikotondria. Asetat ini
diserap oleh plastid dan diubah menjadi asetil CoA, untuk digunakan membentuk
asam lemak dan lipid lainnya.
Pada reaksi sintesa asam lemak, enzim CoA dan protein pembawa asil (ACP)
mempunyai peranan penting. Enzim-enzim ini berperan membentuk rantai asam lemak
dengan menggabungkan secara bertahap satu gugus asetil turunan dari asetat
dalam bentuk asetil CoA dengan sebanyak n gugus malonil turunan dari malonat
dalam bentuk malonil CoA. Sintesa asam lemak berlangsung bertahap dengan siklus
reaksi perpanjangan rantai asam lemak hingga membentuk rantai komplit C16 dan
C18.
Tahapan reaksi ini dapat ditunjukkan dalam bentuk lintasan biosintesis
berikut : Bahan utama yang digunakan pada biosintesis asam lemak adalah senyawa
asetil CoA dan senyawa malonil CoA. Malonil CoA disintesis dari asetil CoA
dengan penambahan CO2 oleh asetil CoA karboksilase. Reaksi pertama pada
biosintesis asam lemak adalah pemindahan gugus asetil dan gugus malonil dari
CoA ke ACP dengan katalis asetil-CoA; ACP transilase dan malonil-CoA;ACP
transilase. Reaksi berikutnya adalah pengkondensasian gugus malonil membentuk
asetoasetil-ACP dengan melepaskan CO2. Setelah penkondensasian asetil dengan
malonil, tahapan selanjutnya terdiri dari urutan reaksi reduksi dengan katalis
3-ketoasil ACP reduktase, reaksi dehidrasi dengan katalis 3-hidroksi ACP
dehidrase, dan reaksi reduksi dengan katalis enoil ACP reduktase. Urutan
reaksi-reaksi ini merupakan siklus lintasan pembentukan dan penambahan panjang
rantai asam lemak. Hasil sintesa dari urutan reaksi ini adalah molekul
asam lemak yang terikat dengan ACP.
Berikut ini siklus biosintesis
asam lemak laurat (C12) :
Hasil sintesa awal adalah asam
lemak rendah dengan jumlah atom karbon sebanyak 4. Hasil sintesis ini
selanjutnya kembali memasuki siklus ‘kondensasi-reduksi-dehidrase-reduksi’
untuk menambah panjang rantai asam lemak dengan dua atom karbon. Bila panjang
rantai molekul asam lemak hasil sintesis belum cukup, sintesis lanjut
berlangsung kembali melalui siklus yang sama.
Hasil sintesis asam lemak
terdapat terikat dengan ACP dan CoA. Kemudian CoA akan terhidrolisis dan keluar
bila asam lemak bergabung dengan gliserol selama pembentukan lemak atau lipid
membran sebagai berikut :
Pada reaksi pembentukan
asam lemak dibutuhkan banyak energi, di mana dua pasang elektron (2NADPH) dan
satu ATP diperlukan untuk tiap gugus asetil. Kebutuhan energi ini di daun dapat
tersedia dari fotosintesis yang menyediakan sebagian besar NADPH dan ATP
sehingga pembentukan asam lemak pada keadaan terang dapat berlangsung lebih
cepat daripada pembentukan pada keadaan gelap. Pada tempat gelap di proplastid
biji dan akar, NADPH dapat tersedia dari lintasan respirasi pentosa fosfat, dan
ATP dari glikolisis piruvat yang merupakan senyawa asal dari asetil CoA.
Sebagian besar asam lemak
terbentuk di ER walaupun asam oleat dan asam palmitat dibentuk di plastid. Pada
biji, asam lemak yang diproduksi dapat langsung diesterifikasi dengan gliserol
membentuk oleosom. Kemungkinan lainnya ialah asam lemak diangkut balik ke
proplastid untuk membentuk oleosom. Asam lemak dapat diubah menjadi fosfolipid
di ER semua sel sebagai bahan untuk pertumbuhan membran ER dan membran sel
lainnya. Di ER pada daun, asam linoleat dan asam linolenat yang disintesis
kemudian diangkut dari ER ke kloroplas dan ditimbun sebagai lipid di membran
tilakoid.
Menurut Wirahadikusuma
(1985) tahap biosintesis asam lemak C12 sebagai berikut, pada reaksi
reduksi yang pertama, asetoasetil-s-ACP (D-ß-ketoasetil-ACP) direduksi dengan
NADPH dan enzim ß-ketoasetil-ACP-reduktase menghasilkan
D-ß-hidroksibutiril-S-ACP, reaksi reduksi yang kedua adalah hidrogenasi
kotronil-ACP dengan enzim enoil-ACP-reduktase, menghasilkan butiril-ACP. Reaksi
ini menggunakan NADPH-NADP sebagai system koenzimnya. Dengan terbentuknya
butiril-ACP. Selesailah satu dari lima daur yang dilakukan oleh enzim kompleks
sintetase untuk menghasilkan lauratoil-CoA. Untuk memulaisiklus berikutnya,
gugus butiril dipindahkan darri ACP ke enzim beta-ketoasetil-ACP-sintase dan
ACP menambil satu gugus malonil dari molekul malonil-ACP lainnya. Selanjutnya
daur diulangi dengan reaksi kondensasi antara malonil ACP dengan
butiril-S-ß-ketoasetil-ACP sintase menghasilkan beta-ketoheksanoil-S-ACP dan
CO2. Demikianlah setelah lima kali mekanisme daur berlangsung dengan enzim
kompleks sintetase asam lemak, terbentuklah lauratoil-ACP sebagai hasil akhir.
Selanjutnya gugus lauratoil ini dapat mengalami beberapa kemungkinan,
tergantung kondisi dalam sel dan jasadnya kemungkinan it adalah pertama, gugus
lauratoil dilepaskan dari enzim sintentase kompleks dengan bantuan enzim
menghasilkan asam laurat bebas, kedua gugus lauratoil dipindahkan dari ACP ke CoA,
ketiga gugus lauratoil digabungkan langsung ke dalam asan fosfatidat dalam
proses biosintesis fosfolipid dan triasilgliserol
2.3.
Biosintesis Asam Lemak Tak Jenuh
Ada dua
mekanisme yang sangat berbeda untuk memperkenalkan ikatan rangkap menjadi asam
lemak. Hewan, tumbuhan, mikro-organisme eukariotik dan beberapa bakteri aerobik
menggunakan jalur aerobik sedangkan mayoritas bakteri menggunakan jalur
anaerob.Di jalur aerobik desaturation dari pembentukan asam lemak jenuh terjadi
membutuhkan oksigen molekul. Reaksi ini agak rumit dan dilakukan oleh sistem
partikulat multienzim yang disebut mono-oxygenase atau fungsi oksidase
campuran. Pada eukariota enzim berasal dari ER. Satu atom oksigen menghasilkan
molekul air dengan mereaksikan dua hidrogen dari asam lemak. Atom oksigen bebas
yang menggabungkan dua atom hidrogen lebih lanjut dari NADPH + H+.Prekursor
adalah asam stearat dan produk adalah asam oleat.
Senyawa
tersebut adalah turunan Co-A asam bebas yang substratnya digunakan untuk
pembentukan asam lemak tak jenuh. Dua utama mono-asam lemak tak jenuh pada
eukariota adalah asam oleat dan asam palmitoleic. Keduanya terindikasi memiliki
ikatan rangkap 9-10 dan merupakan dasar bagi
serangkaian asam polyunsaturated lebih lanjut, untuk contoh asam arachidonic
tapi sistem prokariotik tidak mengandung asam lemak tak jenuh di- dan poli.Satu
masalah bagi hewan adalah bahwa mereka tidak dapat menyisipkan ikatan rangkap
di luar C9 dari asam lemak dan karena itu tidak dapat mensintesis asam linoleat
atau asam lemak derivatives sehingga dietarily penting diberikan dari sumber
tanaman.Jalur anaerob dimanfaatkan oleh bakteri karena tidak
memanfaatkan molekul oksigen meskipun akan dilanjutkan dalam kondisi aerobik.
Di ACP berlangsung biosintesis sebenarnya dari asam lemak. Mono-asam lemak tak
jenuh sel prokariotik adalah asam vaccenic.
Selama biosintesis asam lemak dua unit karbon ditambahkan pada akhir yang
akan menjadi karboksil bebas sehingga
untuk tiba pada suatu C18 ikatan ganda asam
lemak harus disisipkan di ACP pada tahap C10 (decanoyl). Seperti dalam
biosintesis asam lemak jenuh konvensional, penurunan yang terjadi di kelompok
ß-oxo direduksi menjadi turunan b-hidroksi. Pada titik ini perbedaan antara
kedua jalur terjadi. Cabang kiri jalur tersebut merupakan biosintesis asam
lemak sebagai konvensional dehidrasi berikut untuk menghasilkan sebuah ikatan
rangkap tak jenuh. Dalam hal ini terjadi penurunan produksi turunan ACP
sepenuhnya yang kemudian berlanjut dengan menggabungkan dua fragmen karbon
lebih lanjut.
Di sisi
lain ACP reduktase enoyl tidak akan bekerja pada perantara tersebut,
hanya dapat mengenali karbon tak jenuh, sehingga ikatan rangkap yang tersisa
utuh. Selain itu sintetase SACP ß-oxoacy siap akan mengirimkan dua fragmen
karbon ke SACP 3,4 decenoyl yang memiliki efek mendorong ikatan rangkap dari
ujung karboksil.Pada bakteri, misalnya E. coli, telah menunjukkan bahwa itu
adalah enzim yang sama yang memproduksi ikatan rangkap.
Proses dan Mekanisme Biosintesis Asam Lemak, Reaksi, Tahapan, Hasil Akhir -
Biosintesis asam lemak menurut
Widodo (2006), bahwa biosintesis asam lemak dari asetil koenzim A terjadi di
hampir semua bagian tubuh hewan, terutama dalam jaringan hati, jaringan lemak
dan kelenjar susu. Biosintesis ini berlangsung melalui mekanisme yang dalam
beberapa hal berbeda dengan oksidasi asam lemak. Secara keseluruhan biosintesis
asam lemak terbagi menjadi tiga tahap utama. Tahap pertama pembentukan malonil
koenzim A dari asetil koenzim A. Tahap kedua adalah pemanjangan rantai asam
lemak sampai terbentuknya asam palmitat secara kontinu dengan tiap kali
penambahan malonil keenzim A dan pelepasan CO2. Tahap ketiga adalah pemanjangan
rantai asam palmitat secara bertahap bergantung pada keadaan dan komposisi
faktor penunjang reaksi di dalam sel.
Tahap pertama dimulai dengan reaksi
antara asetil koenzim A dengan gugus SH (sulfhidril) dari molekul ACP (acyl
carrier protein) merupakan reaksi pemul dalam mekanisme biosintesisi asam
lemak. Reaksi ini dikatalisis oleh salah satu dari enam enzim sintetase
kompleks, ACP-asiltransferase, dengan persamaan reaksi :
Asetil-S-CoA + ACP-SH ↔ asetil-S-ACP
+ CoA-SH
Reaksi selanjutnya adalah pemindahan
gugus asetil dari ACP ke gugus SH dari enzim beta-ketoasil-ACP-sintase,
menghasilkan asetil S-beta-ketoasil-ACP-sintase, disingkat asetil-S-sintase.
Asetil-S-ACP + sintase-SH ↔ ACP-SH +
asetil-S-sintase
Dengan telah terikatnya gugus asetil
pada enzim pertama dari enam enzim kompleks sintetase asam lemak tersebut,
dapatlah dimulai mekanisme pemanjangan rantai asam lemak dengan penambahan dua
atom karbon pada malonil koenzim , secara berturut-turut sampai terbentuknya
asam palmitat. Tahap kedua adalah reaksi kondensasi
pembentukan aseasetil-S-AC. Reaksi kondensasi didahului dengan reaksi
pembentukan malonil-S-ACP dari malonil-S-CoA, yaitu pemindahan gugus malonil
dari ACP ke CoA. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim ACP-maloniltransferase :
Malonil-S-CoA + ACP-SH ↔
malonil-S-ACP + CoA-SH
(malonil koenzim A) (koenzim A)
Reaksi berikutnya adalah kondensasi
antara asetil-S-sintase dengan malonil-S-ACP menghasilkan asetoasetil-S-ACP.
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim beta-ketoasil-ACP-sintase dan laju reaksinya
didorong oleh terlepasnya CO2 dari malonil-S-ACP, yaitu reaksi eksergonik
dekarboksilasi gugus malonil, yang memberikan dorongan termodinamik ke arah
pembentukan aseto-asetil-S-ACP. Tahap
ketiga, terdapat dua reaksi reduksi asetoasetil-SACP. Pada reaksi reduksi yang
pertama, aseoasetil-S-ACP diredukis dengan NADPH dan enzim
beta-ketoasil-ACP-reduktase menghasilkan D-β-hidroksibutiril-S-ACP, yang
selanjutnya mengalami dehidratasi dengan enzim enoil-ACP-hidratase menghasilkan
krotonil-ACP. Reaksi reduksi yang kedua adalah hidrogenasi krotonil-ACP dengan
enzim enoil-ACP-reduktase yang menghasilkan butiril-ACP. Seperti juga reaksi
reduksi yang pertama, reaksi ini menggunakan NADPH-NADP+ (bukan NADH-NAD+
seperti yang dipakai pada proses oksidasi asam lemak) sebagai sistem
koenzimnya.
Dengan terbentuknya butiril-ACP,
selesailah satu dari tujuh daur yang dilakukan oleh enzim kompleks sintetase
untuk menghasilkan palmitoil-CoA. Untuk memulai daur yang berikutnya, gugus
butiril dipindahkan dari ACP ke enzim β-ketoasil-ACP-sintase dan ACP mengambil
satu gugus malonil dari molekul malonil Co-A yang lainnya. Selanjutnya daur
diulangi dengan reaksi kondensasi antara malonil-ACP dengan
butiril-S-β-ketoasil-ACP sintase menghasilkan β-ketoheksanoil-S-ACP dan CO2.
Demikianlah setelah tujuh kali mekanisme daur berlangsung dengan enzim kompleks
sintetase asam lemak, terbentuklah palmitoil-ACP sebagai hasil akhir.
Selanjutnya gugus palmitoil ini
dapat mengalami beberapa kemungkinan, tergantung kondisi dalam sel dan jenis
jasadnya. Kemungkinan itu adalah, pertama, gugus palmitoil dilepaskan dari
enzim sintetase kompleks, dengan bantuan enzim tioesterase, menghasilkan asam
palmitat bebas, kedua, gugus palmitoil dipindahkan dari ACP ke CoA, ketiga,
gugus palmitoil digabungkan langsung ke dalam asam fosfatidat dalam proses
biosintesis fosfolipid dan triasil gliserol. Gambar 1. menunjukkan mekanisme
reaksi keseluruhan proses biosintesis asam lemak dari asetil-CoA.
2.4.
Resume Perbandingan Masing-Masing Metode Imobilisasi dan Aplikasinya
Tabel 1. Perbandingan
Masing-Masing Metode Imobilisasi dan Aplikasinya
No
|
Metode Imobilisasi Enzim
|
Keterangan
|
Aplikasi
|
1
|
Carrier-Binding
|
Enzim diikat pada
“carrier” (matriks) yang tidak larut air
|
Imobilisasi crude enzim papain
|
|
Fisik
|
Adsorbsi fisik
- Mudah
dilakukan dan ekonomis
- Enzim
diadsorbsi pada permukaan “carrier”
Kelebihan :
- Kondisi
lunak sehingga aktivitas enzim tetap
tinggi
- Dapat
diregenerasi
Kelemahan :
- Kekuatan
ikatan lemah yang mengakibatkan pH atau kekuatan ion dapat berubah (mudah
bocor)
- Enzim
dirusak oleh mikroba/enzim proteolitik
Contoh
Karbon aktif, tanah liat, pati, gluten
|
Penghasil enzim imobil pada proses produksi glukosa,
Sintesis Mono-diasilgliserol (M-DAG) dari Destilat Asam Lemak Minyak Sawit
(DALMS) Melalui Esterifikasi Enzimatis
|
|
Ikatan Ionik
|
o Terjadi ikatan ionik antara enzim dengan “carrier” yang tidak larut
air dan mengandung residu penukar ion (R)
o Kelebihan dan kekurangan sama dengan cara adsorbs
Contoh: Selulosa,
DEAE-sefadex, “glass-fibre paper”, polistiren sulfonat
|
Produksi L-amino asilase dari isolasi A.oryzae dengan menguraikan gugus
asetil asama amino bentuk L dalam produksi asam L mrthionin
|
|
Ikatan Kovalen
|
Ø Terbentuk ikatan kovalen antara enzim dengan “carrier” tidak larut
dalam air
Ø Carrier mengandung gugus reaktif seperti diazonium, isosianat, asam
azida
Ø Gugus fungsional enzim yang berperan meliputi a atau b-amino, sulfuhidril, hidroksil, imidazole, fenolik, dan a, b, atau g-karboksil
Ø Kelebihan: ikatan
kuat dan tidak bocor
Ø Kelemahan:
aktivitas enzim hilang karena konformasi enzim berubah
|
Teknik imobilisasi enzim Glucose Oxidase (GOx) pada membrane komposit berbasis kitosan
dalam pembuatan biosensor glukosa, Interesterifikasi Enzimatik dengan Lipase
pada Campuran Minyak Sawit Merah dan Minyak Kelapa untuk Menghasilkan Bahan
Baku Spreads Kaya β-Karoten
|
2
|
Cross-Linking
|
v Terjadi ikatan kimia,
tetapi tidak digunakan pada carrier
tidak larut air
v Terjadi pembentukan ikatan melintang inter molekuler antara moleklul
enzim dengan pereaksi bifungsional atau multifungsional.
v Pereaksinya berupa glutaraldehid (banyak digunakan), etil
khloroformat, dan
diazobenzidine/turunannya
v Pereaksi umumnya mempunyai 2 gugus fungsional identik yang bereaksi
dengan residu asam amino
v Untuk meningkatkan stabilitas perlu diganbungkan dengan absorbsi
|
Produksi enzim lipase untuk keperluan bakery dan
kosmetik, imobilisasi protease Bacillus
pumilus Y1, Penstabil Biosensor Glukosa pada Zeolit Glutaraldehid dengan
Matriks penyangga E.coli
|
3
|
Entrapment
|
§ Lokalisasi enzim dalam kisi
matriks atau mikrokapsul (membran semipermeabel)
§ Matriks yang digunakan bertipe membran (kolagen, selulosa triasetat)
dan tipe kisi (alginate, agar, karagenan, poliakrilamida)
§ Enzim tidak terikat pada
matriks gel atau membrane
§ Kelebihan: metode
ini tidak memerlukan waktu yang banyak, tidak memerlukan biaya yang banyak,
dan memperbolehkan karakterisasi kinetik dari enzim termobilisasi
§ Kelemahan: entrapping
umumnya menggunakan matrix polyacrylamide gel yang bersifat karsinogenik
sehingga lebih cocok untuk proses pengolahan limbah, enzim dari matrix mudah
terlepas karena enzim ukurannya lebih kecil dari sel
|
Pembuatan etanol dengan mikroba Saccharomyces cerevisae dan Zymomonas
mobilis, prednisolone (Acetobacter
globiformis), pembuatan enzim lipase untuk berbagai keperluan (bakery,
kosmetik,detergen, bahan bakar), Imobilisasi protease Bacillus subtilis ATCC 6633
|
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Makhluk
hidup perlu mendapatkan energi alam mempertahankan kehidupannya agar dapat melakukan berbagai macam
aktivitas. Mikroba memiliki
kemampuan dalam mendegradasi senyawa
hidrokarbon berbeda-beda sesuai dengan aktifitas enzim yang dihasilkan dan
kondisi lingkungan yang mendukung
seperti temperatur, pH, nutrisi dan oksigen.
Beberapa
penelitian menunjukkan
kemampuan spesies bakteri dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon. Menurut Widayati
(2009) dalam
mendapatkan makanannya, mikroba yang dalam hal ini bakteri dibagi menjadi empat
kelompok. Keempat kelompok tersebut adalah Bakteri fotoautotrof, Bakteri
fotoheterotrof, Bakteri kemoautotrof, dan Bakteri kemoheterotrof. Cara bakteri dalam mengolah karbon
telah dimanafaatkan oleh sebagian orang untuk menangani masalah-masalah
lingkungan yang tercemar. Proses penanganan lingkungan yang ditangani oleh
mikroba biasa juga disebut bioremediasi.
Mikroba juga dimanfaatkan
sebagai biosintesis asam lemak yang meliputi asam Laurat C12 dan asam lemak
tidak jenuh. Proses sintesis ini merupakan pengubahan karbohidrat dan asam
amino yang dikonsumsi berlebihan menjadi asam lemak dan disimpan sebagai
triasilgliserol. Selain itu mikroba digunakan sebagai sarana imobilisasi enzim
yang berfungsi untuk meningkatkan konformasi enzim tahan terhadap lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim1.2010. Bioremediasi [Terhubung Berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi
. Diakses tanggal 27 Maret 2013
Anonim2.2010.Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi [Terhubung Berkala]. http://j0emedia.wordpress.com/2011/07/17/bioremediasi-hidrokarbon-minyak-bumi
. Diakses tanggal 27 Maret 2013
Eweis, J.B.,
S.J. Ergas., D.P.Y. Chang & E.D. Schroeder. 1998. Bioremediation Principles. Singapore. WCB
McGraw-Hill.
Lide, D. R., ed.
(2005). CRC Handbook of Chemistry and Physics (ke-86 ed.). Boca Raton (FL): CRC
Press. ISBN 0-8493-0486-5.
Udiharto, M., S.
A. Rahayu, A. Haris dan Zulkifliani. 1995. Peran Bakteri dalam Degradasi
Minyak dan Pemanfaatannya dalam Penanggulangan Minyak Bumi
Buangan. Proceedings Diskusi Ilmiah VIII PPTMGB. Jakarta: Lemigas.
Widodo W. 2006.
Pengantar Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan-perikanan
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Malang.
Widayati, S.
2009. Biologi : SMA dan MA kelas X . Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta: Gramedia
Wirahadikusuma
M. 1985. Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. Bandung : ITB
Bandung.
We have been providing the best information about DASAR REKAYASA BIOPROSES For you. If you liked this information, please tell your friends on Facebook, Twitter, Pinterest, Google plus or Email using social buttons below. Happy Reading ^_^. Mohammad Nizam Mustaqim
Comments
Post a Comment