PROSESKU MUJUR, PROSESKU JAYA
Welcome friends Mohammad Nizam Mustaqim’s Blog. In this blog you will get some informations about :
my favorite writing for PROSESKU MUJUR, PROSESKU JAYA | PROSESKU MUJUR, PROSESKU JAYA I believe | PROSESKU MUJUR, PROSESKU JAYA can give you inspiration and more others benefit
We have been providing the best information about PROSESKU MUJUR, PROSESKU JAYA For you. If you liked this information, please tell your friends on Facebook, Twitter, Pinterest, Google plus or Email using social buttons below. Happy Reading ^_^. Mohammad Nizam Mustaqim
my favorite writing for PROSESKU MUJUR, PROSESKU JAYA | PROSESKU MUJUR, PROSESKU JAYA I believe | PROSESKU MUJUR, PROSESKU JAYA can give you inspiration and more others benefit
Ketika
Proses Pendidikan Islam Sebagai “Agent Social of Changes”Kemajuan Dunia dalam
Bidang Perdagangan Berada di dalam Genggaman Pemuda Islam”
“Hendaklah
kamu berdagang karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu rizki” (HR.
Ahmad)
Proses
belajar, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi, tidak memiliki batas-batas
konkrit. Tidak mengenal ruang dan waktu. Begitu pun, obyek yang dikaji tak
pernah dibatasi dengan ruang lingkup tertentu. Semua bisa dan boleh dipelajari
dan tidak ada larangan untuk mengamalkannya, selama masih dalam koridor
tertentu yang diperkenankan. Mengapa? Karena pada dasarnya semua yang
diciptakan di dunia ini adalah diperuntukkan sepenuhnya untuk memfasilitasi
manusia. Ketika Allah SWT memberikan amanat kepada manusia untuk menjadi
manajernya di muka bumi ini dengan mengangkatnya sebagai khalifah, tentu Allah
tidak membiarkannya begitu saja. Amanat yang dibebankan kepada manusia
dilengkapi dengan sekian fasilitas yang ada di bumi. Semua itu diciptakan tidak
lain hanya untuk manusia. Tinggal bagaimana mengolah dan menggunakannya. Itulah
mengapa ilmu pengetahuan sangat diperlukan. Dengan ilmu pengetahuan, manusia
menjadi penguasa dunia. Bisa mengatur dunia, menaklukannya. Bahkan dalam tata
dunia yang semakin kompetitif dan kompleks seperti sekarang ini, konsep tentang
hukum rimba semakin menemukan momentumnya. Siapa yang kuat, dialah yang berhak
menjadi penguasa dunia. Tanpa mempedulikan eksistensi, hak dan martabat orang
lain, bangsa lain. Siapa yang kini menguasai segalanya? Negara adidaya,
Amerika. Betul. Dialah sang maestro dunia, penakluk bangsa-bangsa lain di
dunia. Ia mampu melakukan hal tersebut karena mediasi yang dibutuhkan sudah
dikuasi semua. Hampir semua aspek hidup, mulai dari bidang teknologi-sains,
politik, ekonomi, budaya, kini dikuasi oleh negeri Paman Sam. Bahkan dengan
arogannya, ia memaksakan kehendak untuk menerapkan budayanya kepada bangsa
lain. Lalu, dimana Islam? Kini hampir semua Negara yang mayoritas
berpenduduk muslim terasing di persimpangan jalan. Di muka bumi ini, belum ada
negara Islam yang bisa dikatakan maju dan memiliki kemampuan kompetisi unggul.
Kekuatan Ekonomi Cina dan Militer India yang kini mulai dikhawatirkan oleh
Amerika pasca runtuhnya Uni Soviet bukanlah negara Islam. Satu-satunya negara
Muslim (Syi’ah) yang kini mulai memperlihatkan geliat kemajuan adalah Iran,
dengan sistem pemerintahan wilayatul faqih-nya. Bagaimana dengan
Indonesia?. Jika kita mau menengok sejarah, Islam di Indonesia adalah yang
paling potensial menjadi pilar negara Islam lainnya. Mengapa? Karena Islam di
Nusantara ini hanya memiliki masa depan dan tidak pernah melampaui era
degradasi. Ini artinya, Islam di Indonesia memiliki potensi lebih untuk
berkembang. Islam di Indonesia tidak memiliki masa suram. Bahkan, pernah
menggeser dominasi dua agama besar yang pernah ada di Jawa; Hindu dan Budha.
Dan hingga sekarang Islam kian berkembang. Karena agama Islam di Indonesia
tidak memiliki masa suram, maka hanya masa depan yang ada.Semangat PositifLalu
bagaimana menyongsong masa depan Islam tersebut? Tentunya dengan
semangat positif. Hal utama yang perlu dipecahkan bersama adalah bagaimana
cara mengatasi tantangan-tantangan sosial yang ada di depan mata. Beberapa
tantangan yang kini dihadapi umat Islam adalah: tantangan ideologi, modernitas,
invasi kebudayaan, eksploitasi ekonomi dan invasi intelektual. Tantangan
yang semakin berat itu jika tidak dihadapi dengan maksimalisasi peran umat
Islam sebagai bagian dari pengemban amanat Khalifah fil Ardl, maka akan dengan
sendirinya tergilas oleh arus kompetisi bangsa-bangsa lain. Dalam tahapan ini,
pendidikan menjadi penting dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia.Tiga
hal yang perlu ditekankan bersama (dalam dinamisasi proses pendidikan) guna
menghadapi serangan dan tantangan yang diciptakan oleh sistem politik
global. Pertama, Jihad (gerakan fisik: yang tampak). Ini merupakan modal
awal untuk membangun kekuatan fisik. Bukan semata raga, namun juga pengembangan
struktur dan infrastruktur yang dimiliki. Penguatan dalam aspek ini memberikan
suntikan semangat bagi para generasi penerus untuk turut mengambil peran dan
posisi strategis. Jihad, dalam hal ini, dilakukan untuk menghadapi kuatnya
sistem dan tata nilai dunia yang kini masih dikuasai Barat. Kedua, Ijtihad
(gerakan intelektual). Langkah ini merupakan upaya intelektual untuk mencari
inovasi dan kreasi baru. Meskipun bekerja dalam dataran konsepsi, namun ini
justru yang kadang menjadi penentu arah kebijakan yang akan diambil. Mau kemana
Islam dirahkan dan bagaimana cara kita menyongsong masa depan, ada pada wilayah
kerja ijtihad. Ada dua tipe “mujtahid” yang selama ini diakui mampu merubah
tatanan dunia, yakni Nabi dan Filosuf. Ketiga, Mujahadah (gerakan
spiritualitas). Mujahadah, sebagaimana kita pahami, adalah upaya untuk
meningkatkan kekuatan spiritual-keagamaan kita. Ini sebagai nilai pelengkap
utama ketika konsep jihad dan ijtihad telah diterapkan secara nyata. Kekurangan
peradaban Barat, meskipun secara materi telah mencapai kemapanan, adalah dalam
aspek spiritual. Sehingga, tatanan nilai disana porak-poranda akibat proses
sekulerisasi yang berlangsung secara sempurna. Pertanyaan berikutnya
adalah: dimana pendidikan yang bisa mensinergikan antara ketiga hal tersebut,
antara jihad, ijtihad dan mujahadah? Menurut penulis hanya pendidikan berbasis
tradisional yang siap membimbing anak didiknya menjadi mujahid (ahli jihad),
mujtahid (ahli ijtihad) sekaligus mujahid (ahli mujahadah).Hal itu karena dalam
proses pembelajarannya, pendidikan yang berbasis tradisional yang hingga kini
masih menjadi corak sistem pendidikan di pesantren dan madrasah salaf masih
memegang teguh khazanah klasik, tanpa meninggalkan perkembangan ilmu
pengetahuan kekinian. Artinya, proses pendidikan tradisonal, meskipun
mempelajari khazanah “usang” berupa tumpukan kitab-kitab klasik, namun mereka
dapat menarik subtansi atau nilai-nilai dan ajaran masa lalu itu untuk
dikontekstualisasikan dalam realitas kekinian. Dengan demikian, pendidikan
Islam berbasis tradisional, sebagaimana penulis sebutkan itu, tidak akan
kehilangan akar kebudayaan dan kesejarahan lokal yang dalam bahasa Gus Dur
disebut dengan pribumisasi Islam. Jika hal itu dapat mewujud, maka Islam akan
terhindar dari proses sekulerisasi sebagaimana diproyekkan oleh
Barat. Selain itu, kemampuan pesantren dan madrasah dalam mewariskan
budaya dialog dalam menyelesaikan problem sosial-antropologis menjadi
keunggulan tersendiri. Ketika Islam mendapatkan tantangan keras dalam
menghadapi Barat, cara yang ditempuh oleh sebagaian umat Islam di belahan dunia
lain adalah dengan menggunakan kekerasan sebagaimana terlihat dalam aksi
terorisme. Namun, kalangan pesantren dan madrasah tidak larut dalam “tren
jihad” semacam ini.Namun, perlu diingat bahwa untuk mencapai apa yang
dipaparkan dalam tulisan ini adalah dengan terus-menerus melakukan proses
belajar sebagaimana sabda Nabi: “Uthlubil Ilma Minal Lahd ila Al-Lahd: carilah
ilmu sejak dari timangan hingga liang lahat”. Apalagi tantangan Dunia Virtual
saat ini sudah semakin menggila. Apa itu? Mari bersama belajar mengetahui
(Learning To Know), Belajar Melakukan (Learning To Do), Belajar Hidup Bersama
(Learning To Live Together) dan Belajar menjadi seseorang (Learning To
Be)! Konsep untuk membangkitkan kembali masa depan Islam antara lain,
semua aktivitas harus dengan nama Allah SWT dan itu terpatri dalam bentuk
ibadah dan aqidah. Kemudian konsep ihsan, dengan melakukan sesuatu betul-betul
secara profesional, tidak asal-asalan, sehingga hasilnya cukup memuaskan.Di
samping itu lanjutnya, perlu wahdatul ummat (persatuan umat) sebab tanpa
persatuan kemajuan akan sangat sulit diperoleh. “Bagaimana umat Islam yang
besar dan banyak di Indonesia bisa bersatu dan tidak terpecah-pecah, karena
persatuan merupakan modal utama dalam mencapai kemajuan,” ujarnya.Selain itu,
kebangkitan Islam harus memiliki imam atau pemimpin karena tanpa imam akan
sulit melakukan sesuatu secara baik dan satu tujuan.“Karena itu harus teliti
dalam memilih imam, jangan ceroboh. Oleh karenanya, dibutuhkan peran aktif dari
pemuda Islam tersebut.
“Artikel
ini diikutsertakan dalam lomba MYMC-AC. Keterangan lebih lanjut kunjungi
website MYMC dihttp://www.mymconference.com/”
NAMA PENULIS : ERLINA NUR
ARIFANIALAMAT EMAIL : erlina_kdf@yahoo.co.idASAL DAERAH. : YOGYAKARTA
: Hematkan waktu
anda saat mencari informasi dengan Search Engine : Ketik kata yang ingin
dicari, jika merupakan 2 atau 3 kata, "harus"
memakai tanda petik pada awal dan akhir, agar search engine tidak mencari
secara terpisah. Contoh: "Proses Fotosintesis"
Jika tipe file PDF yang ingin dicari ketik: filetype:pdf - Contoh: "Proses Fotosintesis" filetype:pdf
We have been providing the best information about PROSESKU MUJUR, PROSESKU JAYA For you. If you liked this information, please tell your friends on Facebook, Twitter, Pinterest, Google plus or Email using social buttons below. Happy Reading ^_^. Mohammad Nizam Mustaqim
Comments
Post a Comment