Laporan Praktek Lapang Agribisnis Pertanian

Welcome friends  Mohammad Nizam Mustaqim’s Blog. In this blog you will get some informations about :
my favorite writing for Laporan Praktek Lapang Agribisnis Pertanian | Laporan Praktek Lapang Agribisnis Pertanian I believe | Laporan Praktek Lapang Agribisnis Pertanian can give you inspiration and more others benefit

LAPORAN PRAKTEK LAPANG
KO KURIKULER
DI DESA SUMILLAN, KECAMATAN ALLA,
 KABUPATEN ENREKANG





 





OLEH :
MUH.IDRIS
                                ( 20120205024 ) . A
                                    


PROGRAM STUDY AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS AL-ASY’ARIAH MANDAR
POLEWALI MANDAR
2012

LEMBAR PENGESAHAN

Judul                      : Laporan praktek lapang di Desa Sumillan, Kecamatan Alla,
                                 Kabupaten Enrekang.

Nama                     : Nurasisah

NPM                       : 20120205034

Program Studi       : Agribisnis

Fakultas                 : Pertanian


Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan
Mata kuliah ko-kurikuler


Di setujui oleh :


Koordinator Praktek,



MUHDIAR,SP.MMA
Pembimbing



IRAWAN,SP









KATA PENGANTAR

Syukur Alhamadulillah, penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga laporan praktek lapang ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah ko-kurikuler Jurusan agribisnis, Fakultas Pertanian, pada universitas Al-asy'ariah Mandar.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada MUHDIAR,Sp.MMA selaku kordinator praktek dan IRAWAN,Sp selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalarn membimbing dan mengarahkan penulis sehingga laporan praktek lapang ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan juga masih banyak kesalahan dari segi kalimat, dan bentuk lainya, oleh karena itu saran dan kritik kami sangat harapkan, sehingga pembuatan laporan ini dapat lebih baik kedepannya. Semoga apa yang di laksanakan ini bernilai ibadah disisi Tuhan Allah S.W.T amin ya Rabbal Alamin.


Polewali, Desember 2012



PENULIS











DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
I.              PENDAHULUAN
1.1.        Latar belakang ................................................................................. 1
1.2.        Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 4
1.3.        Metodologi Praktek Lapang ............................................................. 4
1.3.1.    Tempat dan Waktu ......................................................................... 4
II.             TINJAUAN TEORITIS
2.1.        Pengertian  Sistem Agribisnis ......................................................... 5
2.1.1.   Subsistem Sarana Produksi............................................................ 7
2.1.2.   Subsistem Budidaya ....................................................................... 8
2.1.3.   Subsistem Pasca panen dan Pengelolahan hasil .......................... 9
2.1.4.   Subsistem Pemasaran ................................................................. 10
2.2.        Peny uluhan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat ............. 11
2.3.        Pendapatan Usaha Tani ............................................................... 12
III.        KEADAAN UMUM SUB TERMINAL AGROBISNIS (STA)
            3.1.     Letak…………………………………………………………..........    14
      3.2.     Pengelola’an dan transaksi ………………………………………    14
      3.3.     Komoditas, aktifitas dan distribusi ……………………………….    14
      3.4.     Fasilitas sarana dan prasarana …………………………………..   14
IV        KEADAAN UMUM PRAKTEK LAPANG
4.1      Letak Geografis dan Topografis ..................................................... 17
4.2      Keadaan Penduduk  ……………………………………………. .    18
4.2.1.  Jumlah Penduduk .......................................................................... 18
4.3.     Keadaan Pertanian ........................................................................ 18
4.4      Sarana dan Prasarana ................................................................... 18
V         KESIMPULAN DAN SARAN
2.4.        Kesimpulan ................................................................................... 19
2.5.        Saran ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..   20

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
I           PENDAHULUAN
1.1.      Latar belakang ................................................................................. 1
1.2.      Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 2
1.3.      Metodologi dan Praktek Lapang ...................................................... 2
II         TINJAUAN TEORITIS
2.I.       Agribisnis menjadi suatu system..................................................... 3
2.1.1.   Strategis pembangunan system agribisnis..................................... 5
III        KEADAAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANG
3.1.      Letak Geografis dan Topografis .................................................... 12
3.2.      Jumlah  Penduduk  …………………………………………….. .    12
3.2.1..  Mata pencaharian Penduduk ........................................................ 14
3.2.2.   Sarana dan Prasarana .................................................................. 15
IV        KESIMPULAN DAN SARAN
2.6.        Kesimpulan ................................................................................... 18
2.7.        Saran ............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..   19





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar belakang

Pada umumnya penduduk Kabupaten enrekang 41,82 % bekerja sebagai petani. Upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani,  dengan ditetapkannya  program pengembangan usaha agribisnis di Kabupaten enrekang..­­­
Agribisnis adalah suatu usaha tani yang berorientasi komersial atau usaha bisnis pertanian dengan orientasi keuntungan,. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan agar dapat meningkatkan pendapatan usaha dalam bidang pertanian adalah dengan menerapkan konsep pengembangan sistem agribisnis terpadu, yaitu apabila sistem agribisnis yang terdiri dari subsistem sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan dan pemasaran dikembangkan secara terpadu dan selaras.
Menurut Data PDRB (Sulawesi selatan (2010) menyebutkan bahwa Pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di Indonesia paling rendah (2,7%) dibandingkan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor industri. Dengan kondisi ini memberikan gambaran bahwa pembangunan pertanian tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan, padahal Indonesia adalah negara agraris.
Kelompok tani sayuran di kabupaten Enrekang perkembangan usaha taninya sudah sangat berkembang kearah peningkatan pendapatan, karena petani sudah memiliki komitmen dengan pemerintah.
Kondisi ini berarti ada 2 kelompok agribisnis sayuran yang mempunyai potensi menerapkan manajemen yang tidak sama, sehingga diduga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan petani. Penerapan manajemen tersebut antara lain dalam hal skala usaha, penggunaan sarana produksi, teknologi budidaya yang diterapkan, penanganan dan pengolahan pasca panen serta pemasaran hasil.
Kecamatan Alla yang berbatasan langsung dengan Kabupaten TanaToraja siap menjadi sentra perekonomian di Kabuapten Enrekang hal ini di mungkinkan karena memiliki tempat strategis jalur peredaran hasil bumi di kabupaten Enrekan seperti hasil pertanian khususnya hortikultura hal ini di dukung dengan tersedianya berbagai fasilatas yang menunjang seperti telah di bangunnnya Sub Terminal Agribisnis ( STA ) yang terletak di desa Sumillan Kecamatan Alla yang berdekatan dengan pasar Sudu sehinggah sebagian besar hasil pertanian di kabupaten Enrekan  yang berasal dari Kecamatan Alla, Baraka, Baroko, Buntu Batu, Malua, Bungin, Curio, Anggeraja, dan Masalle akan di kumpulkan di STA Sumillan yang berada di wilayah Kecamatan Alla untuk di distribusikan keluar Kecamatan Enrekan.
Adapun STA (Sub Terminal Agribisnis) ini di bangun pada tahun 2004 dari anggaran dana APBN (Anggaran pendapatan dan belanja Negara), dan di resmikan pada tahun 2007 oleh Bupati Enrekan yang menjabat pada sa’at itu. Lokasi STA (Sub Terminal Agribisnis) sangat strategis karena dibangun berdekatan dengan pasar sudu, dan lokasinya merupakan daerah sentra penghasil hortikultura. Pengelolahan STA pada tahun 2008 dikelolah oleh PERUSDA, kemudian pada tahun 2009 di kembalikan kepada Dinas Pertanian Kabupaten Enrekan sebagai pengelolah dan Gapoktan Sumillan sebagai Kelembagaan yang menangani STA (Sub Terminal Agribisnis). Adapun nilai transaksi kurang lebih Rp: 376.800.000/hari , jumlah restribusi perbulan Rp: 20.625.000 dan Volume sayuran yang dihasilkan : 105 ton / hari.
Aktifitas STA (Sub Terminal Agribsnis) diadakan setiap hari Senin, Selasa, Kamis dan Ju'mat pada pukul 05.00 Wita pagi- selesai. Komoditi yang diperdagangkan antara lain: Buncis, Daun prei, Kubis, Bawang merah, Bawang putih, Tomat, Wortel, Labu siam, Cabe, dll. Distribusi ini tersebar ke Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, seperti Makassar, Palopo, Bone, Pare-pere, Polman, Mamuju dan antara Pulau  yaitu ke  Kalimantan, dan Kendari. Adapun Struktur organisasi STA (Sub Terminal Agribisnis)  sebagai berikut :









































Dan adpun fasilitas sarana dan prasarana di STA sebagai berikut :
Ø  1 (satu ) unit Kantor pengelola.
Ø  Grosir sayuran, grosir buah, sub grosir sayuran.
Ø  Gudang.
Ø  Pintu Gerbang sekaligus check point.
Ø  Pematangan lahan pertanaman kubis dan tomat.
Ø  1 ( satu ) unit gedung pertemuan.
Ø  1 ( satu ) cold stoage dan packing house.
Ø  1 ( satu ) unit mobil cool box.
Ø  2 ( dua) unit kendaraan opefasional.
Ø  3 (tiga ) unit kendaraan truck.
Ø  Sarana jalan Kanal Permuka’an.


1.2.        Tujuan dan Kegunaan.

Tujuan dari praktek lapang ini antara Mengetahui mekanisme sistem pendampingan tenaga ahli terhadap pengembangan agribisnis sayuran di Kecamatan Alla, Mengetahui penerapan sistem agribisnis pada petani sayuran (program pendampingan maupun tanpa pendampingan), Menghitung besarnya tingkat pendapatan agribisnis sayuran pada tingkat petani, Menganalisa pengaruh penerapan sistem agribisnis terhadap pendapatan agribisnis sayuran.
Kegunaan dari praktek lapang ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh sistem agribisnis terhadap, daerah di Kabupaten Enrekang pada umumnya, dan Kecamatan Alla pada khususnya.

1.3.        Metodologi Praktek Lapang
1.3.1.    Tempat dan Waktu

Praktek lapang ini di laksanakan di Desa Sumillan, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang.
Waktu palaksanaan yaitu, pada hari Sabtu 15 Desember 2012, sampai pada hari Senin 17 Desember 2012.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.        Pengertian Sistem Agribisnis

Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian dalam arti cara pandang yang dahulu dilaksanpkan secara sektoral sekarang secara inter sektoral atau dilaksanakan secara sub sistem sekarang secara sistem (Saragih, 2007). Dengan demikian agribisnis mempunyai keterkaitan vertikal dan antar subsistem serta keterkaitan horisontal dengan sistem atau sub sistem lain diluar seperti jasa-jasa (Finansial dan perbankan, transpotasi, perdagangan, pendidikan dan Iain-Iain)
Sistem Agribisnis mencakup 4 (empat) hal, Pertama, industri pertanian hulu yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribinis, yakni industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri agro-kimia (Pupuk, pestisida dan obat- obatan hewan), industri agro-otomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribisnis yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertaniaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Ketiga, industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusness, yakni kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian hasil pertanian menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir. Keempat, jasa penunjang agribisnis yakni perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan dari petugas ataupun tenga ahli serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani. dan lain sebagainya. Dari empat unsur tadi mempunyai keterkaitan satu dan lainnya sangat erat dan terpadu dalam sistem. (Saragih, 2007). Dengan demikian pembangunan agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa sekaligus. Sampai dengan sekarang berdasarkan realita dilapangan pembangunan pertanian hanya sepotong-potong dan tidak dilaksanakan secara terpadu, koordinatif dan selaras.
Indonesia sebagai negara agraris dan dalam pembangunan pertaniaannya tidak mempunyai daya saing yang kompetetif dalam era globalisasi saat ini karena belum memiliki industri perbenihan yang mampu mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Menurut Saragih (2007) dalam membangun sistem agribisnis pada umumnya benih yang digunakan petani adalah benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi dan kualitas yang dihasilkan rendah dan benih impor yang digunakan belum tentu dapat dan sesuai iklim indonesia. Petani Indonesia dalam mengembangkan usahatani agar menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi, maka usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi yang memiliki kekhasan sebagai daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan mutu dan produktivitasnya. Kendala yang timbul pada pengembangan agribisnis pada umumnyan antara lain sumber daya manusia dan teknologi, karena itu perlu adanya fasilitasi pemerintah dalam bentuk pendampingan.
Pengembangan usaha tanaman sayuran merupakan peluang dan prospek yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian daerah dan pendapatan petani terutama didaerah dataran tinggi. Menurut Ishaq,ef.a/. (2007) dalam pengembangan agribisnis sayuran tehnologi pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, agar pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat apabila dilaksanakan secaara terpadu dalam sistem agribisnis. Managemen agribisnis sayuran dalam pengembangan usahanya dilaksanakan melalui sistem agribisnis secara utuh dari semua subsistem dan saling terkait antara subsistem satu dan lainnya apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini (Said,ef.a/.2007) Faktor kunci dalam pengembangan agribisnis sayuran adalah peningkat-an dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, menumbuh-kembangkan dan restrukturasi agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang peningkatan dan perluasan kapasitas produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur. Kebijakan revitalisasi pertaniaan perikanan dan kehutanan adalah pengembangan agribisnis dengan fasilitasi/dukungan dariaspek tehnologi on farm dan off farm, investasi, mekanisasi pertanian dan promosi serta pengembngan yang disesuaikan lahan.
Menurut Said ef a/, (2007), Fungsi agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem agribisnis hulu, usaha tani, sub sistem pengolahan hasil pertanian, sub systempemasaran hasil pertanian dan sub sistem penunjang, dan sistem ini dapat berfungsi efektif bila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.
Faktor pendukung keberhasilan agribisnis adalah berkembangnya kelembagaan-kelembagaan tani, keuangan, penelitian dan pendidikan. Menurut hasil kajian pengaruh kelembagaan terhadap adopsi irigrasi Nono Hartono (2009) terhadap kelembagaan tani di kabupaten Tasikmalaya menyampaikan bahwa hubungan antara kelembagaan tani belum efektif dan sangat sederhana dalam pengembangan agribisnis. Menurut Rahardi dalam cerdas beragribisnis tahun 2006, usaha agribisnis dapat meningkatkan pendapatan petani bila dikelola dengan sumberdaya manusia yang cerdas dalam mengakses teknologi, informasi, pasar dan permodalan. Produktivitas padi meningkat karena pengelolaan usaha tani yang baik.

2.1.1.    Subsistem Sarana Produksi
Dalam pengembangan agribisnis sayuran sarana produksi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Menurut Said et al. (2007) Untuk mencapai eficiency input- input sarana produksi harus ada pengorganisasian dalam penerapan sub sistem ini yaitu penerapan jumlah, waktu, tempat dan tepat biaya serta mutu sehingga ada optimasi dari penggunaan input-input produksi. Meningkatnya produksi dan pendapatan petani bila didukung adanya industri-industri agribisnis hulu yakni indutri-industri yang menghasil-kan sarana produksi (input) pertaniaan (the manufacture and distribution of farm supliies) seperti industri agro-kimia ( industri pupuk, industri pestisida, obat-abatan hewan) industri alat pertaniaan dan industri pembibitan/ pembenihan. Untuk daerah-daerah dekat lokasi petani ada kios-kios saprodi (Saragih,2007).
Agribisnis modern yang orientasi pasar, haruslah mampu menghasilkan produk-produk benih yang unggul dan sesuai agroklimat di suatu kawasan dan produktivitas komoditas, karena dalam mata rantai produk-produk agribisnis merupakan mata rantai yang sangat penting, berarti pembangunan industri-industri merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Produk impor benih yang marak beredar di Indonesia terutama benih sayuran yang belum tentu cocok di Indonesia. Sebagai contoh atribut mangga arumanis yakni aroma, cita rasa, warna, kandungan vitamin, serat, dan ukuran ditentukan oleh bibit (Saragih,2007).

2.1.2.    Subsistem Budidaya
Sayuran merupakan tanaman yang dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi tergantung jenis sayuran tersebut dapat tumbuh, yang termasuk sayuran dataran rendah adalah Bawang merah, Cabe, Tomat, Kangkung, Bayam, Kacang Panjang, Koro, Kecipir, terong dan Sayuran dataran tinggi antara lain Asparagus, Tomat, Akucay, Brokoli, Kai-lan, Kubis, Lettuce, Buncis, Kapri, To-miau, Coriander, Pare, Bamboo Taiwan, Tang-o, Bawang merah (ATM_ROC,2009).
Pengembangan agribisnis sayuran merupakan komoditas yang potensial dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, produktivitas dan kualitas hasil sangat ditentukan oleh saat tanam, agroklimat, jenis tanah, penggunaan sarana produksi, teknologi budidaya, pengolahan pasca panen, dan pengemasan.serta pemasaran.
Dalam pengembangan usaha agribisnis sayuran sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam perencanaan sistem agribisnis dari proses penentuan lokasi dan jenis sayuran yang akan dikembangkan, sarana produksi, teknologi budidaya, pengelolaan pasca panen, peningkatan nilai tambah dan pemasaran. Menurut Rahardi (2005) Agroklimat merupakan pertimbangan yang sangat penting dan merupakan faktor sukses dan tidaknya kegiatan agribisnis dibandingkan dengan faktor lahan. Faktor agroklimat sulit untuk direkayasa dengan faktor penentu seperti sinar matahari, hujan, angin, kelembaban dan suhu udara. Sementara itu tanah yang tidak subur dapat dirubah menjadi subur. Selain daripada itu faktor tenaga kerja juga sangat menentukan berhasil dan tidaknya usaha agribisnis sayuran, demikian juga manajemen pengelolaan agribisnis. Kiat memulai agribisnis agar sukses pertama yang harus diidentifikasi adalah apa yang kita miliki lahan, atau ketrampilan serta modal, apabila yang dimiliki modal hams dicari informasi pasar, lahan, dan keahlian. Namun apabila yang dimiliki hanya lahan harus diupayakan informasi pasar, alternatif modal dan pemilikan keahlian dan bila yang dimiliki modal maka diperlukan data pasar dan lokasi kegiatan serta komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Menurut ATM-ROC (2009) Sayuran dataran tinggi pada umumnya dapat tumbuh baik pada suhu udara sejuk sekitar 250 C - 300 C dengan ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl. Tanah yang dibutuhkan adalah tanah gembur, berpasir dengan kandungan mineral yang tinggi dan drainase yang sempurna. Benih yang digunakan dengan vigor 85% sedangkan untuk tanaman dataran rendah dapat tumbuh gengan ketinggian 1-300 mdpl, tanah yang dibutuhkan tanah berpasir, gembur dengan ph 5,6-6. Pemeliharaan tanaman diselenggarakan dengan menggunakan pupuk dasar dan pupuk lanjutan atau susulan sedangkan untuk pengendalian hama dilaksnakan bila diperlukan. Penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) pada sayuran mampu mengurangi penggunaan pestisida cukup signifikan tanpa menurunkan hasil sehingga keuntunganpun bertambah Metode diseminasi sistem usaha tani terpadu berbasis tanaman sayuran dengan pengembangan paket teknologi tumpang sari tomat, timun, bawangmerah, sawi dan kentang dapat meningkatkan pendapatan petani sayuran.

2.1.3.    Subsistem Pascapanen dan Pengolahan Hasil
Sayuran merupakan komoditas yang mudah rusak dan masih mengalami proses hidup (proses fisiologis). Dalam batas-batas tertentu proses fisiologis ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang mengarah pada kerusakan-kerusakan atau kehilangan hasil.
Kerusakan dan kehilangan hasil produk sayuran akan terjadi dan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas yang terjadi pada tahap setelah panen sampai dengan tahap produk Siap dikonsumsi, rata-rata kehilangan/kerusakan hasil produk sayuran kira-kira berkisar 25-40 persen Kehilangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan dalam hal ketersediaan, jumlah yang dapat dimakan yang akhirnya dapat berakibat sayuran tersebut tidak layak untuk dikonsumsi (P2HP Deptan, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan sayuran saat setelah panen akibat dari faktor biologi, faktor lingkungan (suhu, kelembaban dan komposisi atmosfir). Oleh karena itu agar proses pasca panen tidak menurunkan kualitas perlu ada penganan pasca panen yang baik seperti saat pemanenan yang baik dan tepat yaitu dengan panen hati-hati agar tidak terjadi kerusakan fisik, panen saat masak yang tepat, dengan analisa kimia mengukur kandungan zat pada dan zat asam atau zat pati. Selain itu Proses pemanenan dari panen, pengumpulan, pembersihan, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dan transpotasi dengan metode dan teknik yang benar. Mutu sayuran tidak dapat ditingkatkan tapi dipertahankan (Muctadi et al, 1995). Buah tomat akan masak saat berumur 70-90 hari setelah tanam dan sebaiknya dipanen saat pagi atau sore hari dan dilakukan sortasi terhadap buah yang rusak dan busuk serta dilakukan pembersihan dan pengemasan serta penyimpanan suhu dingin dengan kelembaban 95 persen, sebelum dipasarkan dan ada pemisahan antara buah masak dan kurang masak dan bawang merah siap panen umur 60-75 hari setelah tanam (ATM-ROC, 2004).

2.1.4.    Subsistem Pemasaran
Kunci keberhasilan usaha tani agribisnis sayuran salah satunya adalah bagaimana mengembangkan peluang dan strategi serta mencari solusi adanya kendala dan masalah pemasaran komoditas sayuran. Kelancaran distribusi komoditas sayuran ini sangat perlu mengingat hal ini akan berpengaruh terhadap tersedianya pasokan dan terciptanya harga yang wajar. Disamping itu keamanan distribusi di era globalisasi menuntut terciptanya suatu sistem distribusi yang lebih efektif dan efisien serta harus mengutamakan selera kepuasan pasar atau konsumen domestik maupun global dengan demikian sayuran tersebut mempunyai nilai daya saing yang tinggi. Menurut Antara (2004) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara agraris, tetapi daya saing Hortikultura/sayuran di Indonesia masih rendah. Daya saing rendah karena pembinaan pada petani hanya difokuskan pada bercocok tanam, masalah mutu yang diharapkan pasar baik pasar domestik maupun ekspor terabaikan, sehingga daya saing rendah apalagi pada era globalisasi ini. Untuk itu peningkatan SDM dan fasilitasi pemerintah dalam teknologi budidaya, pasca panen, dan peningkatan nilai tambah serta pengembangan pasar, sangat diperlukan terutamanya kegiatan pendampingan. Pengembangan hortikultura khususnya sayuran haruslah secara profesional, artinya adanya pembangunan yang seimbang antara aspek pertanian, bisnis dan jasa penunjang. Penanganan produksi tanpa didukung dengan pemasaran yang baik tidak akan memberi manfaat dan keuntungan bagi petani.


2.2.        Pendampingan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat adalah proses dimana masyarakat khususnya mereka yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan didorong untuk semakin mandiri dalam mengembangkan perikehidupan mereka (Suryana,2003) Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan yang dimilikinya sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi perikehidupan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat dengan sistem pendampingan merupakan salah satu upaya untuk mempersiapkan masyarakat agar mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan.
Implementasi pemberdayaan itu sendiri sangat bervariasi dari waktu ke waktu dengan memperhatikan kondisi lapangan dan globalisasi. Sasaran utama sistem pendampingan ini adalah bagaimana membuka wawasan kelompok tani yang semula dengan sistem usaha tani produksi menjadi usaha tani agribisnis yang berorientasi keuntungan. Pendamping harus melakukanpembinaan dan peningkatan kemampuan serta ketrampilan petani dalam mengakses sarana produksi, teknologi, pasca panen, pasar dan permodalan sehingga petani mampu mandiri mengembangkan usaha agribisnisnya.
Permasalahan yang selalu muncul dalam program pendamping-an ini adalah berapa lama program ini dijalankan dan apa sifat pendampingan tersebut sehingga kenyataan di lapangan sering timbul adanya ketergantungan dari petani karena tidak tuntasnya program pendampingan ini. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses perbaikan yang bertujuan untuk memberikan kemampuan pada siapapun agar mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat. Proses perbaikan tersebut tidak dapat tercapai tujuan dan sasaran apabila tidak didukung oleh seluruh stakeholder yang tidak berupaya untuk memperbaiki diri memahami fakta, memahami kebutuhan, memahami permasalahan serta melakukan aksi untuk keberman-faatan semua. Untuk dapat meningkatkan efektifitas proses pemberdayaan masyarakat maka dilakukan pendampingan.

2.3.        Pendapatan Usaha Tani
Sistem agribisnis sebagai rangkaian kegiatan subsistem-subsistem yang saling mempengaruhi satu sama lain, untuk subsistem non usahatani yang memegang peranan yang sangat besar dalam sistem agribisnis di Indonesia maupun negara berkembang lainnya adalah layanan dalam bidang pengolahan dan pemasaran (Krisnamurti,1992). Pendapatan per kapita dari kegiatan non usahatani tumbuh sekitar 14 persen per tahun sedangkan dari kegiatan usahatani hanya sekitar 3 persen per tahun yaitu dengan mengembangkan kegiatan fungsi-fungsi perdagangan (penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, sortasi, grading dan sebagainya).
Menurut Prawirokusumo (1990) ada beberapa pembagian pendapatan yaitu (1) Pendapatan kotor (Gross income) adalah pendapatan usahatani yang Belum dikurangi biaya-biaya, (2) Pendapatan bersih (net income) adalah pendapatan setelah dikurangi biaya, (3) Pendapatan pengelola (management income) adalah pendapatan merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input. Input-input produksi atau biaya-biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi serta menjadi barang tertentu atau menjadi produk akhir, dan termasuk didalamnya dan termasuk didalamnya adalah barang yang dibeli dan jasa yang dibayar. Ada beberapa konsep biaya dalm ekonomi yaitu 1) Biaya tetap (FC), 2) Biaya total tetap (TFC), 3) Biaya Variabel (VC) dan 4) Biaya total variabel (TVC) serta Biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tetap (FC) yaitu biaya yang masa penggunaannya tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah (selalu sama) atau tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi karena tetap dan tidak tergantung kepada besar kecilnya usaha maka bila diukur per unit produksi biaya tetap makin lama makin kecil (turun), yang termasuk biaya tetap dalam usahatani sayuran antara lain tanah, bunga modal, pajak, dan peralatan.
Biaya Variabel (VC) yaitu biaya yang selalu berubah tergantung besar kecilnya produksi. Yang termasuk biaya ini adalah : biaya sarana produksi, biaya pemeliharaan, biaya panen, biaya pasca panen, biaya pengolahan dan biaya pemasaran serta biaya tenaga kerja dan biaya operasional. Biaya tunai meliputi biaya yang diberikan berupa uang tunai seperti biaya pembelian pupuk, benih/bibit, obat obatan, dan biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak diberikan sebagai uang tunai tetapi tidak diperhitungkan seperti biaya tenaga kerja keluarga (Prawirokusumo, 1990). Pendapatan kotor adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah dikurangi semua biaya tetap dan biaya variabel dan pendapatan bersih dihitung dari pendatan kotor dikurangi pajak penghasilan.
Pendapatan usaha tani adalah besarnya manfaat atau hasil yang diterima oleh petani yang dihitung berdasarkan dari nilai produksi dikurangi semua jenis pengeluaran yang digunakan untuk produksi. Untuk itu pendapatan usaha tani sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya sarana produksi, biaya pemeliharaan, biaya pasca panen, pengolahan dan distribusi serta nilai produksi.


Selengkapnya KLIK DISINI

We have been providing the best information about Laporan Praktek Lapang Agribisnis Pertanian For you. If you liked this information, please tell your friends on Facebook, Twitter, Pinterest, Google plus or Email using social buttons below. Happy Reading ^_^. Mohammad Nizam Mustaqim

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Desain Kemasan

ESAI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Penantian Berharga Pasca Kampus #KesempatanKedua